February 8, 2010

Detik Pemergianmu


Ada sebuah kisah tentang Cinta yang sebenar-benar cinta, Cinta yang dititipkan Allah melalui kehidupan Rasul Nya.
Pagi itu... Walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu... Rasulallah dengan suara terbatas menyampaikan khutbah,

"Wahai umatku... Kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya.."

"Ku wariskan dua perkara kepada kalian, Al-Quran dan Sunnahku.."

"Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-sama aku.."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulallah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca,
Manakala Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang,
Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya kian tiba..


"Rasulallah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat...
Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulallah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Di saat itu, jikalau mampu, sekalian sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian meninggi menampakkan wajahnya, tapi pintu rumah Rasulallah masih tertutup.
Sedang di dalamnya, Rasulallah terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maaflah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu Rasulallah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulallah.
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulallah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasulallah dengan suara yang lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kehadiranmu," balas Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulallah lega, matanya masih penuh cemas.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" tanya Jibril pula.

"Khabarkan padaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khuatir wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, 'Ku haramkan syurga bagi sesiapa sahaja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya','" jawab Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.

Perlahan roh Rasulallah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulallah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Ya Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." perlahan Rasulallah mengaduh.

Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulallah pada Malaikat penghantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulallah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dasyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan baginda mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu.

Ali segera mendekatkan telinganya, "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, (Peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.)"

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menangkupkan tangannya ke muka, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulallah yang mulai kebiruan.

"Ummatii... Ummatii... Ummatii..."

Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu..

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaih..

Betapa cintanya Rasulallah kepada kita..




Selawat dan salam doa dan pujian
Keatas junjungan Nabi yang Mulia,

Ya Rasulallah,
Engkau Matahari di kala siang,
Engkau Rembulan di waktu malam
Seisi dunia menatang cahaya,
Seluruh buana menyambut gembira,
Penyelamat ummat hidup sejahtera.

Ya Rasulallah,
Kau tinggalkan kami warisan yang abadi
Dan bersaksilah sesungguhnya
Kami merinduimu..

Ya Rasulallah,
Begitu tinggi kasihmu pada kami.
Cinta kami kepadamu juga tidak akan pernah putus untuk selamanya,
insyaAllah..


MHSS
Februari 8, 2010

2 comments:

Nur Madihah Hassan Borhan said...

post yg menarik..terasa rindu pada Rasulullah...moga bersamanya di syurga nanti..ameen~~

MHSS said...

insyaAllah.. moga2.. ameen~
^_^

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails