Dia tersengih sendirian. Leka memandang anak-anak kecil yang berkejaran di susur gajah menghala ke kampus utama. Biasalah, hari sabtu sememangnya ramai ahli keluarga yang datang melawat. Riuh, namun hatinya sedikit terhibur melihatkan bermacam gelagat mereka dari atas. Pandangan dari tingkat 5 segalanya nampak kecil di bawah, sekecil hatinya mungkin. Pandangan dilarikan ke hadapan dan ke atas pula, nun terbentang ciptaan Allah yang Maha Luas. Kalimat 'Subhanallah' terpacul keluar dari bibirnya, perlahan dia mengalun zikir ke hadrat Sang Pencipta. Tenang.
Dada langit tampak membiru gelap, mendung tak berawan, "Ya Allah, janganlah Kau turunkan hujan, hambaMu baru saje lepas menjemur kain tadi," getus hatinya. Namun apakan daya seorang hamba kerdil meminta sedemikian rupa, jika puting beliung sekalipun didatangkan, itu pasti sudah kehendakNya.
Dada langit tampak membiru gelap, mendung tak berawan, "Ya Allah, janganlah Kau turunkan hujan, hambaMu baru saje lepas menjemur kain tadi," getus hatinya. Namun apakan daya seorang hamba kerdil meminta sedemikian rupa, jika puting beliung sekalipun didatangkan, itu pasti sudah kehendakNya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bahagian-bahagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya dan dipalingkanNya dari sesiapa yang dikehendakinya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
(An Nuur : 43)